Berita

10 Mitos Tentang Ban Mobil Yang Patut Anda Ketahui

Kami akan mengulas tentang 10 mitos tentang ban mobil, beserta penjelasannya agar hindari kekeliruan yang dapat membahayakan perjalanan Anda

Ada begitu banyak mitos tentang ban yang selama ini dipercaya oleh pemilik mobil. celakanya, banyak yang mempercayai mitos tentang ban mobil, yang ternyata keliru, sehingga berpotensi besar dapat mengundang celaka. Untuk itu, CARRO Indonesia akan meluruskan seputar mitos seputar ban, berikut penjelasannya agar Anda lebih cermat dalam memilih, menggunakan dan merawat ban Anda.

1. Batas kadaluarsa ban

ganti ban mobil

Selama tak ditemukan keruskan pada struktur ban, maka aman untuk digunakan

Tak ada patokan baku mengenai batas kadaluarsa ban. Tahun produksi ban memang menandakan kapan ban tersebut diproduksi dan terkait dengan SNI, tapi tidak berpengaruh pada batas kadaluarsa ban. Umumnya pabrikan menentukan usia maksimal ban yang diperbolehkan untuk digunakan adalah 5 tahun. Jadi meski ban telah tersimpan hingga 2 tahun, tak akan bermasalah dari segi kekuatan dan kualitasnya. Namun selama tidak ada kerusakan pada konstruksi anyaman baja, luka pada dinding ban, tak bermasalah menggunakan ban yang telah disimpan lama, selama penyimpanannya benar.

–> Berikut Daftar Harga Ban Mobil Terbaru Bulan Maret 2021

2. Usia ban

Usia ban akan sangat dipengaruhi oleh kondisi jalan, beban, settingan suspensi dan gaya mengemudi. Patokan ban yang bisa digunakan untuk mengganti ban adalah kondisi tapak ban. Jika sudah aus, maka harus diganti. Selain itu,  Selama ban tidak mengalami kerusakan akibat benturan keras yang membuat benjol atau dinding ban retak, maka ban masih bisa digunakan.

3. Semakin tinggi tekanan angin ban maka mudah pecah

pengecekan tekanan angin

Lakukan pengecekan pada tekanan angin secara berkala

Mitos tentang semakin keras tekanan ban, semakin mudah pula ban tersebut bisa pecah. Padahal mitos ini keliru. Konstruksi ban dibuat sedemikian rupa sehingga tahan hingga tekanan tinggi, yakni 40 hingga 44 psi. Justru sebaliknya, tekanan angin ban terlalu rendah yang dapat membuat ban menjadi lebih rentan pecah. Hal tersebut karena akan membuat kerja dinding ban mobil semakin fleksibel dan mudah terkoyak dan membuat kawat pada side wall putus, sehingga menyebabkan ban pecah. Idealnya, jaga tekanan ban sesuai rekomendasi pabrikan.

–> Pengecekan Mobil Bekas, Apa Sajakah Tahapnya?

4. Ban dengan tekanan lebih tinggi bisa bikin mobil lebih irit

Tekanan ban yang terlalu tinggi akan membuat tapak ban tidak menapak sempurna pada permukaan jalan. Akibatnya, akan membuat traksi ban berkurang dan rentan kehilangan traksi atau selip. Selain itu, tekanan angin ban mobil yang terlalu tinggi membuat fungsi ban sebagai peredam guncangan akan berukuran dan membuat bantingan menjadi keras dan kurang nyaman. Dalam pemakaian dalam jangka panjang, akan berefek pada usia pakai komponen suspensi.

5. Tingkat keausan ban sama rata

Ban botak tidak merata

Ban botak tak merata menandakan ada yang tidak beres pada suspensi atau wheel alignment

Dengan gaya mengemudi, jumlah tikungan, pengereman, dan akselerasi yang berbeda di setiap roda, hal ini membuat keausan setiap ban berbeda-beda. Itu sebabnya produsen ban merekomendasikan untuk merotasi ban setiap 10 ribu kilometer. Pada ban yang alurnya simetris, teknik yang digunakan adalah diagonal. Jadi ban belakang kiri ditukar dengan kanan depan, sementara kanan belakang bertukar posisi dengan ban di kiri depan. Untuk ban dengan alur tidak simetris, rotasi dilakukan pada setiap sisi. Artinya ban belakang pindah ke depan dengan sisi yang sama.

6. Saat mengganti sepasang ban, ban kondisi lebih baik diletakkan di depan

Jika hanya mengganti sepasang ban, maka ban dengan kondisi paling bagus lebih baik dipasang di depan. Mitos tersebut keliru. Ban dalam kondisi paling baik atau baru, dipasang di belakang. Ini berlaku untuk mobil penggerak depan dan belakang. Karena roda belakang membutuhkan traksi lebih baik. Alasan tersebut dilandasi fakta bahwa kalau roda depan selip, masih bisa dikendalikan melalui setir namun untuk di belakang lebih sulit dikendalikan.

–> Begini Caranya Cek Pemilik Plat Nomor Kendaraan Online

7. Merek boleh berbeda, asalkan jenis dan ukurannya sama

merek dan tipe ban mobil

Gunakan ban dengan tipe dan merek yang sama

Setiap produsen memiliki desain dan material yang berbeda untuk merancang dan membuat ban, khususnya pada desain tapak ban dan bahan baku yang digunakan. Meski spesifikasi ukuran dan jenisnya sama, namun tidak disarankan untuk menggunakan ban mobil berbeda merek. Maka sebaiknya, gunakan merek, tipe dan ukuran ban yang sama untuk keempat ban.

8. Tekanan angin ban dikurangi saat hujan

Mitos atau anggapan ini keliru. Dengan tekanan angin yang berukurang, maka akan membuat tapak ban mudah terlipat. Akibatnya, kemampuan alur ban untuk membuang air menjadi berkurang dan rentan mengalami gejala aquaplaning dan bisa berakibat fatal. Selain itu, saat hujan membuat suhu ban menjadi dingin. Kondisi ini membuat tekanan angin bisa turun hingga 1 psi. Sangat penting untuk menjaga tekanan angin ideal sesuai rekomendasi pabrikan dalam kondisi hujan atau kering.

–> Update Titik Penyekatan di Jabodetabek Selama PPKM Darurat

9. Sudut keselarasan ban pengaruhi tingkat keausan

spooring dan balancing

Lakukan spooring dan balancing secara berkala

Anggapan ini benar. Sudut keselarasan seperti kemiringan dan posisi ban atau wheel alignment akan sangat berpengaruh dengan tingkat keausan ban bahkan konsumsi bahan bakar. Settingan ban yang keliru akan membuat keausan ban tidak merata dan membuat ban seperti ‘terseret’. Efek lainnya, beban mesin akan lebih besar untuk menjalankan mobil, sehingga berpengaruh pada konsumsi bahan bakar. Sehingga, sangat disarankan untuk melakukan spooring dan blancing setiap 10 ribu kilometer.

10. Tak ada batas maksimal untuk menambal ban

Mitos atau anggapan ini keliru, karena untuk ban tubeless, maksimal hanya boleh ditambal tiga kali. Hal tersebut juga dengan catatan, jarak tambalannya tidak boleh kurang dari 20 cm. Karena jika tambalan ban terlalu banyak dan rapat, dikhawatirkan akan mempengaruhi kekuatan konstruksi ban. Jika terlalu banyak atau dekat jarak tambalannya, ditakutkan akan merusak kekuatan anyaman kawat baja di dalam ban. Sehingga kekuatan ban berkurang dan mudah bocor atau meledak sewaktu-waktu.

–> Sedang cari mobil yang Anda inginkan? Silakan cek website Carro

 

Related Articles

Back to top button